Hubungan Bahasa dan Budaya

20 Jul 2016 - 10:07
(Oleh: Leika Kalangi / Pengamat Antropolinguistik)

(Oleh: Leika Kalangi / Pengamat Antropolinguistik)

 

Bahasa dan Budaya merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Pakar linguistik sepakat antara bahasa dan budaya memiliki kaitan erat. Kajian yang sangat terkenal mengenai hal ini adalah teori Sapir-Whorf yang menyatakan ‘Cara pikir atau budaya suatu kelompok masyarakat ditentukan atau dipengaruhi oleh struktur bahasanya’. Piaget, seorang sarjana Prancis menyebutkan bahwa budaya (pikiran) membentuk bahasa seseorang. Inilah awal lahirnya teori ‘pertumbuhan kognisi’ oleh Piaget berbeda dengan teori ini, Vigotsky, sarjana Rusia berpendapat bahwa perkembangan bahasa lebih awal setahap sebelum berkembangnya pemikiran (budaya) yang kemudian bertemu dan melahirkan ‘pikiran berbahasa dan bahasa berpikir’. Noam Chomsky juga sepakat bahasa memiliki kaitan erat dengan budaya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, edisi III, 2005) menyatakan bahwa bahasa merupakan sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh sekelompok anggota untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengididentifikasi diri. Selain itu, bahasa dinyatakan merupakan percakapan (perkataan) yang baik. Budaya merupakan pikiran, akal budi yang di dalamnya juga termasuk adat istiadat. Dengan demikian, budaya dapat diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan pikiran/pemikiran.

Kegagalan memahami pesan bisa disebabkan beberapa faktor antara lain beda pengetahuan, beda usia, beda strata pendidikan, dan lain lain. Selain itu, faktor budaya juga berkaitan dengan bahasa yang digunakan. Pemilihan kata yang tepat dan sesuai sangat tergantung pada budaya tempat bahasa itu digunakan. Di Indonesia , orang menyapa Bapak atau Ibu kepada persona yang dituakan atau dihormati. Tidak demikian di Eropa, disapa langsung nama.

Menyikapi silang pendapat tentang bahasa dan budaya, apakah bahasa mempengaruhi budaya, atau budaya mempengaruhi bahasa, patutlah direnungkan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Banyak masalah yang berakhir ricuh dan dibawa ke pengadilan gara-gara pilihan kata/bahasa yang tidak tepat atau salah sehingga menyinggung rasa dan pikiranĀ  lawan bicara. Saat ini, lagi ramai dibicarakan slogan ‘Torang samua basudara” dan ‘Torang samua ciptaan Tuhan’. Mengapa hanya slogan jadi perdebatan? Pasalnya, slogan yang menyangkut bahasa mempengaruhi cara pikir atau budaya orang.

Bagikan :

KOMENTAR